Wednesday, March 18, 2015

Tidak Seperti yang Dibayangkan Mengkuliahkan Anak

Dahulu ketika anakku SMA, kepala ini rasanya dipenuhi sejuta tekanan untuk mempersiapkan dana nya kuliah nanti. Sampai-sampai uang yang mau dipakai beli baju saja kusimpan demi dia. Memang kalau sudah niat tulus berkata, apapun akan kita lakukan. Apalagi demi anak, takkan ada penghalang untuk mengantarkannya ke masa depan yang lebih baik.

Satu hal yang sangat kukhawatirkan adalah waktu itu dia tidak bisa lulus ke universitas negeri. Seperti yang sudah kuketahui bahwa untuk kuliah di swasta itu membutuhkan dana yang jauh lebih banyak dari pada kuliah di negeri. Pikiran ini sempat mengganggu berminggu-minggu di kepala ini. Tak heran jika kusampaikan nasehat kepada anakku agar dia belajar keras dan merebut bangku di universitas negeri.

Untuk mendapatkan apa yang diinginkan tidak bisa hanya berharap dan berdoa, berusaha adalah faktor penentu lainnya. Beberapa bulan sebelum ujian aku mendengar dari keponakanku bahwa anakku harus bimbel agar bisa menang ujian. Aku yang tak pernah bimbel ini pasti harus banyak bertanya bagaimana caranya agar anakku bimbel. Aku pun menyiapkan uang untuk pendaftaran dan kebutuhan anakku.

Hingga pergilah kami ke Medan.

Sempat tersesat karena sudah lama tidak ke Medan, kami sampai ke tempat bimbel seperti yang diutarakan oleh keponakanku tadi yaitu SSC.

Singkat cerita aku pun membimbelkan dia di SSC.

Tiada hari tanpa berdoa agar semua yang kukerjakan tidak sia-sia. Yakinku kepada anakku sangat penting karena dia lah penentu dari semua ini.

Ujian pun tiba tak sabar hati ini mendengar berita kelulusannya.

Beberapa minggu kemudia muncul berita kelulusannya pertama dari sebuah situs milik pemerintah. Dia langsung pergi ke salah satu warnet milik temannya. Aku mengikutinya. Tidak terkejut memang seperti itulah dia. Alhamdulillah kucium pipinya karena aku sendiri melihat kelulusan tersebut langsung dari website yang dia buka. Sukur Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT.

Di hari pendaftaran ulang hingga hari pertama dia kuliah kubiarkan kemandiriannya bekerja. Karena seorang laki-laki harus mampu menjaga diri sendiri.

Disinilah aku baru sadar. Setelah tiga tahun aku mengkuliahkan anakku ternyata tidak seberat yang aku kira. Dipikiranku dulu harus kusediakan puluhan juta hanya untuk mendapat gelar sarjana. Jika dipresentasikan soal dana, dimulai dari uang kontrakan rumah, uang semester dan uang per bulan tidaklah membengkak secara serius. Ditambah lagi si anak orang yang bersahabat jadi uang kontrakan dibagi empat bersama teman sekampusnya yang lain. Ide ini mengurangi beban dana per tahun. Si anak juga tidak terlalu boros menggunakan uang sehingga jarang dia meminta uang tambahan di akhir bulan. Uang kuliah nya juga tidak terlalu mahal hanya 1 juta per semester ketimbang universitas lain ada yang 5 juta per semester. Bersukurlah anakku masuk perguruan tinggi negeri. Selain bangga, perekonomian keluarga tidak terlalu terganggu.

Sekarang dia masih kuliah disana. Semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuknya. Pesan mamak jangan lupa sama mamak kalau sudah sukses. Kemana pun kau pergi tetap ke indukmu kau kembali.



Begitulah kiranya cerita ini. Untuk orang tua yang ingin mengkuliahkan anaknya jangan takut soal dana pasti ada jalan. Asalkan kita tetap mengarahkan anak ke universitas yang lebih baik tidak apa-apa kita bekerja lebih keras dari sebelumnya.

No comments:

Post a Comment